Saturday, November 23, 2013

Anti Lock Brake System {ABS} Dengan AIR BAG

Sistem pengeREM-an dalam kendaraan adalah hal yang sangat vital ketika berkendara. seiiring dengan kemajuan teknologi otomotif, fitur pengereman kendaraan semakin berkembang, termasuk adanya sistem ABS (Anti-Lock Breaking System).
Pengertian ABS adalah sistem rem yang tidak terkunci, maksudnya, sistem ini bekerja pada pengereman mobil untuk mencegah terjadinya penguncian pada roda saat melakukan rem mendadak.
ABS akan bekerja menggunakan sensor saat roda mengunci setelah terjadinya pengereman mendadak. Saat sensor membaca ada roda yang mengunci, sensor akan memberi perintah kepada piston rem untuk mengendur dan mengencang kembali saat roda berputar. Proses itu berlangsung sangat cepat, mampu mencapai 15 kali setiap detik. Hasilnya, Kendaraan dapat dikendalikan dan jarak pengereman makin efektif.
Nah Ide utama Sistem ABS adalah mencegah ban menjadi ngelock/mengunci . .. Ban yang berada dalam kondisi mengunci akan membuat kendaraan sulit untuk dikendalikan karena grip ban ke jalan sudah tidak ada lagi . . . dan Kita sangat butuh Grip Ban untuk bisa mengatur posisi ban dan kendaraan . . . gejala ban mengunci akan terlihat seperti gejala Oversteer Understeer.
AIR BAG
Airbag memiliki berbagai nama teknis seperti Supplementary Restraint System (SRS), Air Cushion Restraint System (ACRS), dan Supplemental Inflatable Restraint (SIR).
Airbag berfungsi melindungi daerah kepala, leher, dan dada. Airbag umumnya akan mengembang dari roda kemudi atau dari dashboard beberapa milidetik setelah tabrakan. Ketika kepala pengemudi telah mengenai airbag, airbag mulai mengempis perlahan sehingga memungkinkan pengemudi keluar dari mobil.
Namun airbag saja belum memadai, pengemudi dan penumpang tetap diharuskan mengenakan sabuk pengaman. Hal ini disebabkan karena airbag terutama dimaksudkan untuk melindungi kepala pengemudi membentur kemudi saat terjadi tabrakan. Airbag tidak berfungsi mencegah pengemudi terlempar dari mobil. Itu sebab, selain airbag, sabuk pengaman tetap diperlukan.
Prinsip Kerja Airbag
Ketika mendeteksi benturan (tabrakan), sensor pada mobil lantas mengirimkan sinyal ke modul kontrol yang akan membuat airbag mengembang. Terdapat berbagai jenis sensor kecelakaan. Model yang lebih lama ditempatkan di bagian depan mobil (di daerah zona kecelakaan), sedangkan pada model yang lebih baru, sensor langsung terpasang pada modul airbag. Sensor ini berfungsi mengukur kecepatan dan tingkat keparahan benturan. Ada juga sensor yang ditempatkan di pintu untuk mengaktifkan airbag samping.
Airbag yang dipasang di dashboard atau pada kemudi hanya akan mengembang jika terjadi benturan (tabrakan) depan atau dalam area 30 derajat dari arah depan mobil. Aturan yang sama berlaku untuk airbag yang dipasang di sisi mobil. Airbag akan aktif saat mobil terkena benturan pada sudut tertentu. Airbag yang dipasang di sebelah kiri tidak akan mengembang jika tumbukan ada di sisi kanan, begitu pula sebaliknya.
Modul kontrol atau otak airbag adalah komputer kecil yang menerima data benturan dari sensor yang berbeda untuk kemudian memutuskan airbag mana yang akan diaktifkan. Modul tidak akan bekerja jika hanya menerima satu sinyal. Diperlukan dua atau lebih sinyal dari sensor untuk mengaktifkannya. Ketika terjadi kecelakaan yang parah, modul akan mengirim sinyal ke pemicu (igniter). Igniter merupakan perangkat listrik yang memiliki kawat tipis. Saat arus listrik mengalir melalui kawat, kawat menjadi panas dan membakar propelan airbag yang terdiri dari azida natrium. Pembakaran azida natrium lantas menghasilkan sejumlah besar gas nitrogen yang mengisi airbag.
Setelah kepala pengemudi membentur airbag, nitrogen lantas keluar menyebabkan airbag kembali mengempis. Awan asap yang mengisi kendaraan seiring proses ini sebenarnya adalah bubuk talk atau tepung maizena. Bubuk tersebut mencegah bagian airbag saling menempel sehingga tetap bisa berfungsi baik saat diaktifkan. Gas nitrogen yang dilepaskan dari airbag juga bukan merupakan gas berbahaya. Nitrogen adalah gas yang menyumbang 78% komposisi udara yang kita hirup setiap harinya. Setelah terjadi kecelakaan, pengemudi atau penumpang hanya perlu membuka pintu untuk mengeluarkan bubuk talk dan gas nitrogen dari dalam mobil.
Cara kerja airbag samping berbeda dengan airbag bagian depan. Airbag samping menggunakan tabung gas argon terkompresi dengan tekanan sekitar 3000-4000 psi. Saat terjadi benturan samping, gas argon kemudian dilepaskan untuk mengembangkan airbag. Seperti nitrogen, argon juga bukan merupakan gas berbahaya.
Sekian dari seya....